Wednesday 19 November 2014

Rahasia

Rahasia...
Lagu yang mengalun ditelinga
Tepat ketika berita itu tiba

Rahasia...
Kini siapa pula yang tahu apa yang ada dibaliknya?
Apakah hitam putih atau berwarna?

Siapa yang tahu kapan perpisahan akan terjadi?
yang kita tahu hanya akan ada perpisahan di balik perjumpaan
Jikalau kita tahu apa yang terjadi
Maka mungkin tak akan pernah ada penyesalan

Rahasia...
Kini siapa pula yang tahu apa yang ada dibaliknya?
Apakah bahagia ataukah luka?

Siapa yang tahu kapan lara akan datang?
yang kita tahu bahwa ia pernah dan mungkin hinggap
Jikalau kita tahu ia akan datang
Maka kita akan menghindar dan seketika membuatnya lenyap

Rahasia...
Lagu yang mengalun di telinga
Tepat ketika berita itu tiba

Siapa yang tahu waktu singkat menjadi begitu bermakna?
Jikalau kita tahu semuanya
Maka tak akan ada waktu yang terbuang sia-sia

Teruntuk dia yang mengajarkan banyak hal dan memberi pemahaman
Terimakasih karena telah mengajarkan saya mengenai penulisan ilmiah yang baik saat semester awal perkuliahan.
Pertemuan singkat yang sangat bermakna.
Pertemuan singkat yang telah menumbuhkan semangat saya untuk menulis karya ilmiah dengan lebih baik.
Terimakasih

Selamat Jalan
Nurlyta Hafiyah, dosen Psikologi Universitas Indonesia
18 November 2014, 23:00





_Anonymous

Saturday 21 January 2012

Menggantikan ibu


Hari ini, pagi-pagi pukul 8.00 aku sudah pergi dengan kakakku belanja ke supermarket dan membeli obat di apotik. Karena ibu sakit jadi tak mungkin ibu yang pergi.
Awan nampak mendung hari ini. Keliahatannya nanti akan hujan.
Aku baru saja membuat agar-agar coklat dan strawbery. Semoga enak dan tidak terlalu manis. Maklum saja aku tidak pernah membuat apa-apa sendiri. Pasti selalu ada ibu. Terakhir kali aku memasak sendiri adalah tahun lalu 1 Juli 2011 saat ibu ulang tahun. Rencananya aku akan membuatkan ibu cake coklat. Namun sepertinya resepnya kurang bagus. Entah salah atau apa. Aku sudah mengikuti semua langkah yang ada di resep tapi ternyata sepertinya resepnya memang ada yang salah. Akhirnya kue cake malah menjadi muffin yang padat. Enak memang, tapi tetap saja itu namanya gagal. Mungkin lain kali aku akan mencoba. Lain kali.



_Anonymous

Kembali ke rumah

20 Januari 2012

Ibu sekarang sudah kembali ke rumah. Tadi siang sekitar pukul 11.30. Ibu diantarkan dengan taksi dari rumah sakit ditemani oleh aku yang sepulang kuliah segera menghampirinya. Saat itu aku sangat mengantuk. Mungkin karena malamnya aku menyelesaikan LPJ hingga pukul 12. Sebenarnya LPJ itu bisa selesai dengan cepat jika aku tidak dengan nakalnya membuka internet dan menulis blog di tengah malam dan melanjutkannya sambil menonton tv. Multi tasking yang tidak baik ditiru.

Aku membiarkan ibu istirahat di kamarku dan aku memutuskan untuk menonton televisi di ruang tengah. Aku sangat senang ibu bisa pulang. Meski itu tidak berarti aku sudah puas. Aku masih belum puas dan 100% senang. Hasil dari laboratorium masih belum ada. Apakah kanker ibu ganas atau tidak. Aku masih menunggu dengan penuh harap dan keyakinan bahwa ibu akan baik-baik saja. Aku selalu mendoakan hal yang sama setiap kali aku sholat. Doaku seperti kaset yang hanya di mainkan ulang setiap kalinya. Aku tak pernah berhenti berdoa agar ibu baik-baik saja. Aku tak pernah berhenti meminta agar kanker yang ada dalam diri ibu kemarin tidak ganas. Aku sangat berharap Allah tidak mengambil kebahagiaanku yang satu ini.

Sebenarnya ibu masih belum diperbolehkan pulang ke rumah. Karena kalau di rumah ibu pasti kecapaian. Tapi ibu tetap saja ingin pulang.

Setidaknya aku bisa cukup tenang untuk beberapa hari ke depan.

Malam ini aku membiarkan ibu tertidur di tempat tidurku dan aku tidur di kasur tepat di samping ranjang ibu. Rasanya memang kurang nyaman tidur bukan di kasur sendiri. namun apa boleh buat, akau tak bisa membiarkan ibu tertidur hanya beralaskan kasur di lantai. Ibu pasti akan kesulitan bangun, jadi aku harus bisa memutuskan baik-baik. 

 _Anonymous

Thursday 19 January 2012

Hari operasi #2

Ini sudah hari kedua pasca operasi yang ibu lakukan. Kemarin semuanya berjalan dengan lancar. Syukurlah. Meski sepanyang operasi aku hanya bisa menangis. 
Jujur saja... Ketika ibu memasuki ruang observasi, aku merasa seperti ada di dunia lain yang tak aku sukai. Banyak orang di sana. Banyak orang yang menemani ibu, mereka tertawa, bercanda dan berusaha menenangkan ibu. Ibu pun nampak sangat tenang meski aku tahu di hatinya ada perasaan takut. 

Kemarin, bukan hanya ibu saja yang operasi. Ada sekitar 5 pasien juga yang hari itu operasi, aku kurang tahu apa penyakitnya. Lagi pula saat itu aku tak peduli orang lain. Hal yang aku pedulikan hanya ibuku dan bagaimana caraku menahan air mata yang sejak tadi aku tahan. Ah... Hidungku benar benar memerah dan terasa panas saat itu.

Beberapa saat kemudian ibu diminta masuk ke ruang operasi. Kami diminta berdoa bersama dahulu sebelum ibu menjalani operasi. Saat itu pula tangisanku tumpah. Aku sudah tak bisa tahan lagi. Ibu akhirnya menangis karena melihatku menangis. Ibu bilang jangan menangis dan ia juga bilang kalau ia akan baik-baik saja. Aku tahu, aku tahu ibu pasti akan berkata seperti itu. Aku sangat tahu bahwa ibu pasti akan baik-baik saja. Ini bukan operasi yang besar sehingga kekhawatiranku memang seharusnya tak berlebihan. Namun bagaimanapun juga aku wanita. Aku wanita. Aku tak sanggup kalau harus menahan perasaanku seperti itu. Terlebih lagi aku sangat menyayangi ibu. Ya ibu... aku sangat menyayangimu. Sangat sayang.

Sore itu sekitar pukul 5 lebih ibu mulai masuk ruang operasi. Selanjutnya sekitar setengah jam kemudian ibu keluar ruang operasi namun dalam keadaan belum sadar. Pikiranku sangat kacau saat aku melihat ibu terbaring tak sadarkan diri dengan bantuan pernapasan melalui selang oksigen. Aku tetap sibuk menyeka air mata yang hampir menetes dari mataku. Sedangkan ayah memegangi tangan ibu dan berusaha menyadarkannya. Aku tak berani menyentuh ibu. Jangankan untuk menyentuhnya, untuk melihatnya saja aku takut. Kalau bisa aku ingin menonaktifkan penglihatanku sesaat. Sampai akhirnya adzan maghrib berkumanndang. Aku memutuskan untuk sholat dahulu. Aku dan kakakku segera sholat di kamar perawatan, ayah memutuskan untuk sholat di masjid.

Seusai aku sholat aku segera mendoakan ibui. Mengangkat kedua tanganku, menengadah dan meminta kepada Allah. Saat itu pula aku dengar ada yang membuka pintu kamar. Aku pikir, mungkin ibu sudah sadar. Ternyata benar. Saat aku ke ruangan observasi, ibu sudah membuka mata. Aku memegang tangannya. Mataku kembali mengeluarkan air mata. Aku berusaha menyekanya. Aku mendengar ibu mengatakan dengan suaranya yang masih bergetar dan sangat pelan. "Jangan menangis, ibu tidak apa-apa." Saat itu aku hanya menganggukkan kepalaku namun tetap saja aku menangis.


Saat ibu sudah dikembalikan ke ruang perawatan, keadaanku menjadi lebih tenang dari sebelumnya. Jujur saja saat itu mataku sangat pedih, hidungku panas, kakiku pegal karena sudah berdiri lebih dari 1 jam. Pinggangku pun sakit sekali. Badanku semuanya pegal dan rasanya sangat remuk. Semalaman aku tidak bisa tidur. Ibu masih belum bisa tidur, ibu batuk-batuk parah. Aku berusaha agar tellingaku tetap bisa terjaga meski mataku sudah terpejam. Aku tidur di atas sofa dan menghadap ke arah ibu. Acap kali ibu batuk aku bangun menanyakan apa ibu butuh minum atau tidak. Aku berusaha tetap terjaga meski yang lainnya sudah tertidur. Harus ada yang menemaninya. Harus ada yang mengawasi ibu. Selelah apapun aku harus tetap terjaga.

Hingga pagi pun tiba. Hari itu aku merasa waktu berjalan begitu cepat. 24 jam terasa hanya sekitar 6 jam. Padahal pagi ini aku harus ada seminar hingga pukul setengah lima sore. Aku harus sanggup bangun selama seminar berlangsung. Sudah begitu aku terburu-buru berangkat dan minum di kamarku habis pula. Pada akhirnya aku sarapan roti di jalan tanpa minum. Untung ketika sampai temanku membawa minum. Sebenarnya aku mau membeli minuman di mini market. Tapi sepagi itu belum ada mini market yang buka. Ketika menemui mini market 24 jam malah terlewat. Seperti krisis air saja.

Malam ini aku tidak menemani ibu di rumah sakit. Hanya ada kakakku di sana. Padahal aku ingin tetap di sana. Tapi rasanya tak mungkin. Besok aku harus mengumpulkan laporan penanggung jawaban. Hal yang aku takutkan adalah kakakku tak bisa menjaga ibu dengan baik. Aku bukan orang yang mudah percaya dengan orang lain. Apa lagi orang seperti kakakku yang sudah aku kenal. Semalam saja ia tidur dengan nyenyaknya padahal ibu terbatuk-batuk. Semoga ibu baik-baik saja di sana.


_Anonymous

Wednesday 18 January 2012

Hari operasi #1

Di awal tahun 2012 ini, aku diterpa badai yang sangat kencang. Karena terlalu kencang aku sampai tak bisa berpegangan pada apapun dan sepertinya aku benar-benar sudah terbang jauh ke tempat yang sama sekali tidak aku ketahui.

Beberapa waktu lalu, persisnya tanggal 6. Ya... Jumat 6 Januari 2012.  Aku mendengar kabar yang sangat tidak menyenangkan. Aku merasa itu adalah terpaan badai yang sangat kencang dan sangat mengguncangkan hatiku.

Sepertinya sore itu sekitar pukul 15.30. Ibu baru saja pulang dari kantor. Ibu segera melepaskan jaket yang dikenakannya dan berkata sesuatu kepada ayah. "benar pak."
Aku menoleh... apa? Apa yang benar?
Aku bertanya kepada ibu apa yang sedang ibu bicarakan dengan ayah. "Kanker dik, ibu kemungkinan kena kanker payudara."

Aku yang tadinya sibuk dengan urusanku sendiri menjadi diam tercengang mendengar perkataan ibu. Saat itu aku masih belum bisa berpikir apa-apa. mungkin saat itu pikiranku kosong untuk sementara. Entahlah. Aku juga tak paham. Satu kata yang terlontar dari mulutku hanya kata "bohong!"

Ibu kembali menegaskan perkataannya dan berkata, "buat apa ibu bohong soal penyakit dik?" Aku mungkin kurang ingat persis perkataannya, namun secara garis besar itu yang ibu sampaikan. Ibu terlihatr sedih dan kecewa. Bahkan ibu mau menunjukkan kepadaku benjolan yang ada di dadanya yang diindikasi kanker itu kepadaku. Itu ibu lakukan untuk membuat aku percaya padanya. Aku menolak. Untuk apa aku membuktikan sesuatu yang sudah aku yakini hanya sebuah kebohongan. Aku tidak mau.

Aku kembali menyibukkan tanganku dengan melipat kerudung. Saat itu dibenakku muncul pikiran aneh yang tak bisa aku bendung lagi. Sepertinya pikiran itu muncul seperti film yang berputar dengan cepat. Aku membayangkan hal-hal aneh dan aku tidak bisa menghentikannya. Aku membayangkan semua kemungkinan buruk yang ada. Aku benar-benar gila. Tiba-tiba saja air mataku menetes. Semakin lama air mataku semakin membasahi wajahku. Hidungku panas berusaha menahan tetesan air mata namun tak bisa. Kepalaku sakit memikirkan hal itu. Aku terisak, kakakku hanya menatap diam di sampingku.

Saat itu aku rasa aku tak bisa lagi berpikir secara rasional. Mungkin kalau ada orang yang mengajakku lari atau terjun dari atap rumahku, aku akan melakukannya. Aku bukan berlebihan. Tapi sungguh... aku tidak bisa menahan rasa sedihku.

Awalnya aku pikir itu hanya sebuah dugaan, aku menanti ibu hingga pergi ke dokter dan menanyakan kepadanya apa yang terjadi sebenarnya.

Ternyata jawabannya pun sama. tetap dokter mengatakan bahwa itu kanker, hingga ibu memutuskan hari ini untuk operasi pengangkatan kankernya. Ibu bilang setelah di operasi baru akan dilihat apakah itu kanker ganas atau bukan.

Sejauh ini aku masih tetap dan terus berdoa serta berharap bahwa itu bukan kanker yang ganas. Aku sangat berharap besar. Aku yakin Allah tidak akan membuat aku sedih dan menderita. Aku sangat menyayangi ibuku. Akutidak mau kalau ibuku sakit. Kalayu bisa bahkan aku rela menggantikannya. Aku ingin ibu baik-baik saja.

Aku masih saja berpikir siapa tuhu saja ini benar hanya mimpi. Aku masih berharap besar hingga ibu tadi berangkat ke rumah sakit diantar oleh ayah.

Aku tidak bisa menipu diriku sendiri. Saat bertemu dengan teman-teman hari Senin lalu, aku sangat gembira. Aku masih bisa bahagia, tertawa dan bercanda-canda dengan mereka. Aku berusaha untuk tidak memikirkan hal aneh sejak aku mendengar kabar buruk itu. Aku berhasil. Ya... Aku berhasil menekan perasaan sedihku. Namun... badanku tidak bisa membohongi. Beberapa hari kemarin hingga hari ini, badanku terasa sangat pegal, dadaku rasanya sesak. Aku sadar, mungkin ini karena aku stres, makanya badanku jadi sakit begini.

17 Januari 2012... Pikiran bodohku kembali lagi. Entah apa yang mengundangnya datang.
17 Januari 2012

Hari ini 18 Januari 2012 adalah hari operasi ibu. Ibu bilang operasinya akan mulai pukul 16.00. Aku sangat berharap ibu baik-baik saja. Pasti. Ibu pasti baik-baik saja. Tidak akan ada hal buruk yang terjadi padanya. Allah pasti baik kepadaku.




_Anonymous

Mengenal Anonymous

Hai... Ini adalah blog ku yang kedua. Blog pertamaku berisi hal yang mungkin hampir sama seperti blog ini. Jujur saja, setiap kali aku menulis blog, aku tidak pernah mengungkapkan identitasku yang sebenarnya. Alasannya... Mudah! Aku tidak ingin ada satu orang pun yang mengetahui identitasku. Aku tidak ingin satu orangpun tahu bahwa aku menceritakan tentang mereka disini. Aku sama sekali tidak berniat jahat. Sama sekali tidak. Hanya saja... Aku adalah orang yang cukup tertutup. Aku tidak tahu harus bicara dengan siapa dan berbagi dengan siapa. Aku bukan orang yang mudah percaya dengan siapapun. Entah mengapa itu yang aku rasakan. Terkadang aku ingin sekali bercerita, tapi setiap kali itulah aku tak berani berbicara pada mereka. Aku ingin suatu saat nanti ada orang yang memelukku. Aku ingin ada orang yang selalu berada di sampingku ketika aku susah maupun sedih. Aku juga ingin dia jadi tempatku berbagi tanpa perlu aku takut atau tak percaya padanya. Mungkin suatu saat nanti aku akan bertemu dengan orang itu.

Aku sangat menyukai awan, lebih tepatnya semua pemandangan indah yang ada di bumi ini aku sangat suka. Aku senang berada di luar, menghirup udara segar dan pergi ke tempat yang menakjubkan.

Semua tulisan yang ada di blog ini adalah tulisan tentangku. Hari-hari yang ku lalui bersama dengan orang-orang yang ada di sekelilingku.
 

_Anonymous